![]()
Banyak orang yang mengatakan sulit menemukan ide yang akan ditulis. Sesungguhnya, ide itu bisa ditemukan di mana saja, dalam kondisi tidur sekalipun ide itu ada, lewat mimpi. Artinya ide tulisan betebaran di mana-mana.
Inception, sebuah film fiksi ilmiah tahun 2010 yang disutradarai oleh Christopher Nolan dengan penulis naskah Christopher Nolan bercerita tantang mimpi dalam mimpi. Ini salah satu film—yang tentunya berawal dari tulisan—menggunakan mimpi sebagai ide cerita.
Ide bisa ditemukan di sekeliling kita. Sebagai contoh, saat keluar rumah kita melihat batu. Ide tulisan mungkin akan muncul dari sana: seperti menulis kenangan tentang batu, jenis-jenis batu, mekanisme timbulnya rasa sakit saat terkena lemparan batu, kiasan kepala batu, profesi yang terkait dengan batu, kerajinan yang terbuat dari batu, nama-nama tempat yang mengandung kata “batu” dan masih banyak lagi. Itu baru satu benda, baru batu. Belum lagi yang lainnya.
Kehujanan di tengah perjalanan misalnya. Bisa menjadi sumber inspirasi menulis kenangan bersama si dia dalam kondisi kehujanan, banjir, kebakaran hutan akibat kemarau, korupsi dari program hujan buatan, penyakit yang timbul akibat kehujanan, curah hujan, mendungnya hubungan percintaan, pokoknya masih banyak lagi.
Jadi, ide itu bisa ditemukan dimana saja. Karena itu, jangan jadikan alasan “tidak ada ide” untuk tidak menulis. Ayo menulis!
Setelah menemukan ide tulisan, selanjutnya melakukan apa?
Jika ide adalah bahan dasar tulisan, abjad adalah kepingan-kepingan yang disusun sampai menemukan konfigurasi yang pas untuk mewujud dalam rupa tulisan. Sebuah ide bisa melahirkan berbagai macam tulisan. Pada bagian itu kita perlu melakukan proses pendalaman, sejenis tinjauan awal untuk menentukan arah tulisan kita. Tanpa tinjauan awal, ada potensi tulisan kita tidak akan kuat mencengkeram kecuali jika menulis hal yang ringan-ringan saja.
Sejumlah ide yang muncul bisa dikumpulkan sementara waktu. Kemudian disortir, mana di antara mereka yang akhirnya kita putuskan jadi tulisan. Namun jangan membuang ide yang belum terpilih, suatu waktu mungkin butuh.
Ide ini kemudian dikembangkan dengan berbagai gagasan dan dikuatkan dengan referensi. Sehingga, membaca adalah sesuatu yang wajib dilakukan untuk mengubah ide jadi tulisan. Dengan membaca tulisan orang lain, kita akan menemukan berbagai inspirasi dan referensi pembanding dalam rangka pengembangan ide.
Jadi, jika punya ide, kumpulkan saja dulu, dan mulai pikirkan rencana arah tulisan. Jangan takut memulai, soal menarik tidaknya tulisan urusan berikutnya. Yang penting kuatkan dulu gagasannya. Nanti sebelum membagikan tulisan—khususnya tulisan dengan topik yang berat—kita bisa membaca ulang dan melakukan proses sunting, sampai akhirnya yakin mempublikasikan tulisan tersebut.
Sebenarnya, menulis itu mudah. Buktinya, hampir setiap saat orang menulis sesuatu di media sosial dan aplikasi pesan teks. Yang susah adalah merancang muatan tulisannya serta mempertahankan gagasan yang dibangun. Karena itulah dibutuhkan latihan. Ayo menulis!
Bagaimana jika tulisan kita tidak disukai orang?
Jika kamu menulis untuk disukai orang, besar ada potensi kamu akan lebih banyak kecewa. Karena menulis bukanlah dalam rangka untuk disukai orang terlebih semua orang, meskipun itu tetap penting sebagai indikator. Ingat, setiap tulisan punya pembaca sendiri sebagaimana pembaca punya kriteria bacaan sendiri. Seseorang tidak dapat dipaksa untuk menyukai tulisan kita, begitupun kita tidak dapat dipaksa untuk menulis sesuai selera pasar. Menulislah karena ingin menyampaikan sesuatu, entah itu kegelisahan, protes, kisah indah, tangisan dan berbagai kondisi lainnya.
Seperti di awal saya pernah mengatakan pada hakekatnya menulis untuk menyampaikan ide. Yang pokok adalah idenya sampai di kepala pembaca. Kalau tulisanmu tidak disukai, jangan kuatir. Sebaliknya kalau disukai banyak orang, berlaku biasa saja. Semakin banyak yang menyukai tulisanmu itu berarti semakin tinggi tantangannya untuk menghadirkan yang semakin berkualitas. Ibarat warung makan, semakin banyak pelanggan berarti harus semakin piawai meramu masakan agar pelanggan tak kecewa dan pindah ke warung sebelah.
Menulis itu seperti topografi tanah kita, ada gunung dan lembah, kadang rawah kadang pula savana. Seperti itu jugalah frekuensi respon pada tulisan kita, kadang banyak yang suka baca kadang juga tidak ada, bahkan tak jarang bisa membuat kita dibenci. Jika terjadi demikian, santai saja.
Sekali lagi, yang jelas idemu tetap tersampaikan. Kendati demikian, bukan berarti tulisan bisa dibuat secara asal-asal saja. Tulisan harus tetap punya muatan, minimal membawa sebuah pesan.
Tulisan yang baik menurut saya, apapun genrenya harus tetap berdiri atas tiga asas dasar: benar, baik dan bermanfaat.
Ayo tetap menulis!
Kesalahan dalam menulis, wajarkah?
Terkadang saat kita ingin menuliskan, kita dihadang pikiran takut salah. Akhirnya menghabiskan banyak waktu melihat berbagai teori tentang menulis. Dan kadang tak sedikit justru dihantui “pakem menulis”, harus begini dan tidak boleh begitu.
Apakah membaca referensi teori menulis itu salah? Tentu tidaklah salah, malah lebih bagus agar punya pemahaman yang kuat sebagai bekal menulis. Namun, jangan dijadikan sebagai penghalang untuk menulis.
Buat saya, sebagai pemula, kesalahan dalam menulis adalah sesuatu yang wajar. Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan susunan kalimat yang tidak pas, kesalahan menggunakan tanda baca atau hal teknis yang lainnya. Tapi bukan kesalahan karena membuat tulisan menebar kebencian, berita bohong dan sejenisnya. Itu beda kawan.
Lalu, apa hal yang perlu diperhatikan saat menulis? Menurut saya, hal yang perlu diperhatikan dalam menulis adalah rumusan masalah, calon pembaca, gagasan dan dampak tulisan.
Mengapa ini penting?
Dengan mengetahui jawaban dari hal di atas maka kita akan dapat mengukur kadar tulisan kita. Termasuk menakar potensi yang mungkin muncul saat orang lain membacanya. Meskipun demikian, jangan terlalu lama mengukurnya, bisa-bisa tidak ada yang jadi. Selama fasilitas sunting dan hapus masih ada, jangan terlalu kuatir. Menulislah segera. Pada akhirnya, keputusan untuk mempublikasikan tulisan tetap berada di tangan kita.