Skip to content
Masola
Masola

Berbagi Cerita

  • Beranda
  • Biografi
  • Opini
  • Politics
  • Blog
Masola

Berbagi Cerita

KARIADI, DOKTER PENYELAMAT SUMBER AIR BERACUN

masola, 15 Mei 202515 Mei 2025

Loading

“Tentara Jepang telah menebar racun di sumber air Reservoir Siranda.” Begitu bunyi pesan yang sampai ke telinga Kariadi, Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara saat itu. Ia ditugaskan memeriksa kebenaran kabar tersebut. Sebagai tenaga medis, dalam panggilan patriotisme dan dorongan kemanusiaan, ia berangkat ke lokasi untuk mengambil sampel air sekaligus memastikan hal yang sedang terjadi. Sang istri berupaya mencegat karena kondisi masih cukup genting, namun Kariadi berkeinginan kuat, demi masyarakat banyak. Bagaimana tidak, sumber air yang terdapat di Siranda merupakan sumber air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air bagi masyarakat di Semarang.

“Mau kemana?” tanya prajurit Jepang ketika mencegat Kariadi dan rekannya saat melewati jalan Pandaran. Dan tak berselang lama, Kariadi diberondong dengan tembakan. Darahnya tertumpah, ada upaya membawanya ke rumah sakit, namun ia tak dapat tertolong. 

“Kariadi tewas tertembak.” Kabar ini berembus ke seantero kota, dalam waktu yang singkat. Amarah dan semangat juang para pemuda langsung membara saat mendengar kabar tersebut. Mereka tak menyangka, Kariadi akan menjadi korban. Padahal masih hangat di telinga, Sukarno membacakan teks proklamasi kemerdekan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat dua bulan sebelumnya.

Perang tak dapat dihindarkan. Para pemuda menjadikan aula Rumah Sakit Purusara sebagai markas perjuangan. Pertempuran berlangsung selama lima hari, 15-20 Oktober 1945, yang kemudian dikenal dengan Pertempuran Lima Hari. Tak kurang dari 2000 nyawa yang jadi korban.

Di tengah desingan tembakan senjata, 17 Oktober 1945 jenasah Kariadi dimakamkan di halaman Rumah Sakit Purusara dengan naungan bendera Merah Putih. Pada 5 November 1961, kerangkanya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang. 

Kariadi pernah bekerja sebagai asisten tokoh pergerakan, dokter Soetomo, di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) di Surabaya, sebelum kemudian bertugas di Manokwari Papua.

Kariadi merupakan sosok muda yang patut jadi teladan. Ia rela berkorban bagi banyak orang. Tak salah jika kemudian, tahun ini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengusulkan dokter Kariadi mendapat gelar pahlawan nasional.

Namanya kini diabadikan pada salah satu nama Rumah Sakit terkenal di Semarang. Bahkan, negara menyematkan Satyalencana Kebaktian Sosial secara Anumerta pada 20 Mei 1968, yang diberikan oleh Presiden Suharto.

Belajar dari perjuangan Kariadi, serta jika menilik pada Pertempuran Lima Hari, terlalu banyak korban, tanah berlumuran darah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jadi, kamu khianat ketika dengan gampangnya melupakan dan menggadaikan buah perjuangan mereka.

Bagikan
       
Biografi Tokoh

Navigasi pos

Previous post

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Post Lainnya

  • KARIADI, DOKTER PENYELAMAT SUMBER AIR BERACUN15 Mei 2025
  • enderal Hoegeng Imam Santoso saat menjadi Kepala Djawatan Imigrasi. (kompolnas.go.id)
    Jenderal Hoegeng, Sang Polisi Teladan15 Mei 2025
  • Menjaga Jalan Menuju Indonesia Emas7 Mei 2025
  • Dimana kita dapat menemukan ide tulisan?14 Februari 2025

Arsip

  • Mei 2025 (3)
  • Februari 2025 (1)

Kategori

  • Biografi (2)
  • Blog (2)
  • Opini (2)
  • Tokoh (2)

Tag

Kunjungi Kami


  • Facebook
  • Instagram
©2025 Masola | WordPress Theme by SuperbThemes