![]()
Tahun ini, Indonesia merayakan 75 tahun kemerdekaan. 25 tahun lagi memasuki usia 100 tahun. “Indonesia Emas,” begitu kita menamakan Indonesia tahun 2045 kelak. Semua anak negeri yang mencintai rumah Indonesia punya impian besar pada negeri ini, negeri yang unggul—mampu menyelesaikan berbagai persoalan serta punya daya saing dengan bangsa-bangsa lain. Indonesia diproyeksikan mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang kehidupan.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang unggul dan berkemajuan, berliku dan penuh rintangan jalan yang harus ditempuh. Jika kita menilik kondisi saat ini, banyak masalah muncul yang berpotensi menggagalkan impian besar kita. Termasuk berpotensi menghasilkan generasi yang tidak berjiwa emas. Kini muncul tanya bagaimana menjaga jalan menuju Indonesia Emas untuk generasi berjiwa emas—generasi unggul yang mencintai Indonesia.
Data BPS tahun 2019 mengatakan “satu dari empat penduduk Indonesia adalah pemuda atau kurang lebih 64.19 juta jiwa.” Itu adalah jumlah yang sangat besar. Belum termasuk umur di bawah 16 tahun yang nanti akan menjadi pemuda dan mengisi ruang Indonesia tahun 2045. Indonesia akan mengalami bonus demografi. Bonus demografi bisa jadi berkat, namun bisa juga justru jadi petaka. Itulah tugas negara bagaimana menjaga jalan demi mewujudkan bonus demografi menjadi bonus generasi emas.
Dikutip dari wantimpres.go.id: “100 Tahun Indonesia Emas adalah momentum yang membuktikan eksistensi NKRI. Pancasila sebagai pemersatu bangsa [harus] tetap menjadi ideologi bangsa untuk selamanya. Berbagai rongrongan terhadap Pancasila sejak berdirinya NKRI telah berhasil dipatahkan. Oleh karenanya, 100 Tahun Indonesia Emas akan menjadi bukti ampuhnya Pancasila yang mampu mempersatukan serta mensejahterakan seluruh aspek kehidupan.”
Salah satu tantangan besar Indonesia adalah munculnya berbagai upaya meruntuhkan ideologi bangsa, Pancasila. Tidak sedikit gerakan ini digerakkan bahkan dimotori oleh pemuda. Sebagaimana kita tahu, perubahan-perubahan banyak yang muncul dari gerakan pemuda. Jika ini terus dibiarkan—hanya soal waktu—ideologi Pancasila kita tinggal cerita, dan bonus demografi berujung petaka—Indonesia emas diisi generasi tidak berjiwa emas. Sebelum terlambat, pemuda harus diselamatkan. Menyelamatkan pemuda, berarti menyelematkan masa depan bangsa.
Negara harus berani mengambil jalan yang mungkin pahit namun manis di hari esok demi menjaga jalan menuju ke sana. Presiden harus bisa mengambil langkah tegas namun tetap humanis untuk memutus mata rantai gerakan yang dapat membajak perjuangan mewujudkan generasi emas yang gemilang. Membiarkan kelompok pembajak terus bergerilya, berarti membiarkan pula impian menghadirkan generasi emas hanya akan menjadi dongeng pengantar tidur di kemudian hari.
Aspek-aspek dimana pemuda berada perlu diberi perhatian khusus. Berbagai pendekatan bisa dilakukan, seperti pendekatan budaya, kearifan lokal, pendidikan dan politik. Termasuk memaksimalkan peran teknologi. Karena itu, sebagai salah satu anak negeri yang punya impian besar bagi Indonesia, saya meminta kepada presiden agar memandang hal ini sebagai persoalan serius dan menempatkannya pada salah satu program prioritas. Gerakan penyelamatan menjaga jalan menuju Indonesia Emas harus segera diambil.